Kajian Etnofarmasi Kelompok Masyarakat Banjar Saraseda Tampaksiring Gianyar Bali

Penulis

  • Ni Putu Puspita Wati a:1:{s:5:"id_ID";s:14:"UNMAS Denpasar";}
  • Ni Luh Kade Arman Anita Dewi Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar
  • I Gede Made Suradnyana Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar
  • I Putu Era Sandhi Kusuma Yuda Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar
  • Erna Cahyaningsih Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar
  • Fitria Megawati Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.36733/usadha.v2i3.7376

Kata Kunci:

etnofarmasi, tanaman obat, obat gtradisional

Abstrak

 

Pemanfaatan etnofarmasi masih banyak digunakan di Bali, karena telah diwariskan secara turun-temurun. Meskipun masyarakat Bali masih memegang erat kepercayaan terhadap sistem pengobatan tradisional dan telah lama memanfaatkan tanaman sebagai bahan obat, namun masih sangat sedikit penelitian yang mendokumentasikan keragaman jenis tanaman yang tercatat dalam lontar Usadha beserta dengan pemanfatannya dalam mengobati berbagai jenis penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi tanaman obat yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat di Banjar Saraseda, Tampaksiring, Gianyar, Bali. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara untuk menggali informasi dari responden berupa nama lokal tanaman obat, manfaat/indikasi pengobatan, bagian tanaman yang digunakan, serta cara penggunaan dan pengolahan tanaman sebagai obat. Data kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel. Berdasarkan penelitian etnofarmasi yang telah dilakukan di Banjar Saraseda, Tampaksiring, Gianyar, Bali diperoleh secara umum 20 jenis tanaman. Adapun bagian tanaman yang digunakan oleh masyarakat di Banjar Saraseda, Tampaksiring, Gianyar, Bali diantaranya adalah daun (75%), rimpang (15%), dan buah (10%). Cara pengolahan tanaman yang digunakan diantaranya adalah direbus (65%), ditumbuk (15%), diparut, dihaluskan, diseduh dan tanpa pengolahan masing-masing sebesar 5%. Berdasarkan indikasi penggunaan, indikasi yang digunakan pada tanaman obat adalah untuk mengatasi demam (20%), nyeri otot dan asam urat (20%), hipertensi (20%), gatal-gatal (10%), diabetes (10%), luka, diare, wasir dan maag masing-masing sebesar 5%. Penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Banjar Saraseda, Tampaksiring, Gianyar, Bali masih mempertahankan pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan tanaman obat yang diwariskan secara turun-temurun

Referensi

[1] Ade Prasetya Y, Nisya K, Amanda R. Aktivitas nanoemulsi minyak lengkuas (Alpinia galanga [L] Willd) dalam menghambat Escherichia coli penghasil extended spectrum beta lactamases (ESBLs). Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek (SNPBS) ke-IV. 2019;2002:301–9.

[2] Adiputra N, Aman IGM, Bagus I, Manuaba P. The toxicity of antiviral plants used in Balinese traditional medicine. Bali Med J. 2017;6(2):243–6.

[3] Agustin F, Andriyanto, Manalu W. Eksplorasi dosis efektif ekstrak etanol daun kipahit sebagai antipiretik alami. Majalah Kedokteran Bandung. 2017;49(3):139–44.

[4] Amalia A, Sari I, Nursanty R. Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun sembung (Blumea balsamifera [L.] DC.) terhadap pertumbuhan bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Jurnal UIN Ar-Raniry. 2017;5(1):387–91.

[5] Anwar K, Santoso HB, Cahaya N. Penghambatan radang infusa daun dadap ayam (Erythrina variegata L.) pada mencit jantan yang diinduksi karagenin. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. 2013;45–52.

[6] Azis A. Curcuma domestica Val sebagai obat antipiretik. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. 2019;6(2):116–20.

[7] Dhea Dani BY, Wahidah BF, Syaifudin A. Etnobotani tanaman kelor (Moringa oleifera Lam.) di Desa Kedungbulus Gembong Pati. Al-Hayat: Journal of Biology and Applied Biology. 2019 ;2(2):44–9.

[8] Faramayuda F, Julian S, Windyaswari AS, Mariani TS. Flavonoid pada tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.). Mulawarman Pharmaceutical Conference. 2021;13(1):282–7.

[9] Ibrahim R, Rahayunigrum CD, Lesmana I. Pengaruh rebusan daun Orthosiphon aristatus terhadap kadar asam urat pada penderita gout arthritis. J Kesehatan Saintika Meditory. 2019;1(2):33–43.

[10] Ika D, Solikhati K, Istriningsih E, Slawi SB, Dhien CN. Aktivitas antihiperurisemia kombinasi ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) dan allopurinol pada mencit putih jantan galur Swiss. Parapemikir: Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2020;9(1):38–45.

[11] Irawati NAV. Antihypertensive effects of avocado leaf extract (Persea americana Mill). Majority. 2015;4:44–8.

[12] Maulidiah M, Winandari OP, Saputri DA. Pemanfaatan organ tumbuhan sebagai obat yang diolah secara tradisional di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat. J Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. 2020;7(2):443–7.

[13] Noventi WR, Carolia N. Potensi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) sebagai alternatif terapi Acne vulgaris. Jurnal Studi Pendidikan Dokter FK Universitas Lampung. 2016;5(1):140–6.

[14] Oktavaia GAE, Darma IDP, Sujarwo W. Studi etnobotani tumbuhan obat di kawasan sekitar Danau Buyan–Tamblingan, Bali. Buletin Kebun Raya. 2017;20(1):1–16.

[15] Oktoba Z. Studi etnofarmasi tanaman obat untuk perawatan dan penumbuh rambut pada beberapa daerah di Indonesia. Jurnal Jamu Indonesia. 2018 ;3(3).

[16] Oktofani LA, Suwandi JF. Potensi tanaman pepaya (Carica papaya) sebagai antihelmintik. Medical Journal of Lampung University. 2019;8(1):246–50.

[17] Pelokang CY, Koneri R, Katili D. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional oleh etnis Sangihe di Kepulauan Sangihe bagian selatan, Sulawesi Utara. Jurnal Bios Logos. 2018;8(2):45–56.

[18] Prastika N. Yoga Sastra: Laku mistik balian usada Bali. Dharmsmrti. 2017;17(2):11–9.

[19] Putri Pamungkas DO. Rendaman daun kelor terhadap nyeri sendi pada lansia. Jurnal Info Kesehatan. 2021;11(2):439–42.

[20] Rahardjo SS. Review tanaman sembung [Blumea balsamifera (L.)]. Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences. 2016 Apr;3(2):18–28.

[21] Ropiqa M, Rahman IR, Kurniawan H, Kurnianto E. Uji aktivitas antibakteri minyak atsiri kulit jeruk Pontianak (Citrus nobilis Lour. var. microcarpa) terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus mutans. J Syifa Sci Clin Res. 2023;5(1):7–12.

[22] Sambou CN. Tanaman herbal yang memiliki aktivitas antipiretik. Majalah Info Sains. 2022;3(2):81–5.

[23] Septriana M, Purnamasari N, Studiawan H. Allergic rhinitical therapy with acupuncture, legundi and temulawak herbs. J Vocational Health Studies. 2019;2(2):60–6.

[24] Seran W, Hana YW. Identifikasi jenis tanaman pewarna tenun ikat di Desa Kaliuda, Kecamatan Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur. Agrikan: J Agribisnis Perikanan. 2018;11(2):1–8.

[25] Sumekar DW, Tria A, Barawa P. Orthosiphon stamineus sebagai terapi herbal diabetes melitus. Medical Journal of Lampung University. 2016;5(9):28–32.

[26] Tangkumahat FG, Rorong JA, Fatimah F. Pengaruh pemberian ekstrak bunga dan daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap kadar glukosa darah tikus wistar (Rattus norvegicus L.) yang hiperglikemik. J Ilmiah Sains. 2017;17(2):143–8.

[27] Widianti B, Hariyono D, Fajriani S. Studi pertumbuhan pada tiga jenis tanaman alpukat (Persea americana Mill). Plantropica: J Agric Sci. 2022;7(1):48–53.

[28] Yuan Shan C, Iskandar Y. Studi kandungan kimia dan aktivitas farmakologi tanaman kunyit (Curcuma longa L.). Jurnal Farmaka. 2018;16(2):547–55.

Unduhan

Diterbitkan

29-12-2023