Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tanaman Obat terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Keywords:
ekstrak tanaman obat, konsentrasi bakterisida minimum (MBC), konsentrasi hambat minimum (MIC), methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)Abstract
Meningkatnya kemunculan infeksi multidrug-resistant yang disebabkan oleh mikroorganisme telah menjadi beban yang signifikan secara global. Mereka telah menghasilkan tingkat kematian, kecacatan dan penyakit yang tinggi di seluruh dunia terutama di negara berkembang. Laporan dari Centre for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa lebih dari 2 juta penyakit dan 23.000 kematian per tahun disebabkan oleh patogen resisten antibiotik di Amerika Serikat, salah satunya yaitu Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Tanaman obat telah diakui memiliki efek samping yang minimal dan juga dapat menekan pertumbuhan patogen dengan mekanisme yang berbeda dari antibiotik sintetik yang digunakan saat ini. Tujuan penulisan artikel review ini untuk mempelajari aktivitas antibakteri ekstrak tanaman obat terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel review ini yaitu studi literatur melalaui beberapa basis data yang kemudian diskrining dengan beberapa kriteria. Hasil review mengatakan bahwa vankomisin sebelumnya merupakan obat yang digunakan secara luas untuk pengobatan infeksi MRSA. Hal ini tidak lagi terjadi dengan munculnya strain S. aureus dengan sensitivitas vankomisin yang berkurang sehingga membatasi pilihan pengobatan konvensional untuk infeksi MRSA. Saat ini, banyak peneliti telah melaporkan aktivitas antibakteri dari banyak ekstrak tanaman pada MRSA. Konsentrasi hambat minimum (MIC) dan konsentrasi bakterisida minimum (MBC) digunakan untuk menilai aktivitas antibakteri ekstrak dari tanaman obat. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa tanaman obat dapat digunakan sebagai kandidat alternatif untuk pengembangan obat yang dapat menghentikan atau mengendalikan infeksi dari MRSA.