THE EFFECT OF DEFINITENESS ON THE BALINESE CONSTITUENT WORD ORDER IN TRANSITIVE CONSTRUCTIONS WITH THE FULL NPs
Abstract
ABSTRAK
Penulisan artikel ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pengaruh markah definit dalam bahasa Bali terhadap pola sususan kata-kerja dan argumennya atau konstituen kalimat transitif.Bahasa Bali memiliki sususan konstituen (subject/agen, kata-kerja, objek/pasien) yang lentur.Kelenturan susunan konstituen ini disebabkan oleh penanda frase benda berupa markah definit –e atau pengidentifikasian.Suatu frasa benda yang memiliki markah definit –e bisa diartikan bahwa frasa ini sudah dipahami sebagai suatu hal yang sudah tentu atau diharapkan dan bisa mengambil tempat di awal kalimat atau di akhir kalimat. Sebagai ganti istilah ‘subjek’ dan ‘objek’ untuk peran sintaksis dalam sebuah kalimat transitif, kami menggunakan istilah ENP (External Noun Phrase) dan INP (Internal Noun Phrase) yang masing-masingnya bisa mengambil peran semantic agen atau pasien, bergantung pada bentuk pemicu dalam kata-kerja. Sebuah kata-kerja dengan awalan suara nasal memicu agen sebagai ENP, sehingga konstruksinya +AT; begitu juga sebaliknya, sebuah kata-kerja tanpa awal suara nasal memicu non-agen sebagai ENP, sehingga menjadi, konstruksi -AT. Dalam tulisan ini menelaah variasi susunan konstituen dalam bahasa Bali dan motivasinya. Dari sudut kelinearan, susunan yang kanonikal dalam bahasa Bali adalah ENP [V INP].Namun ada faktor-faktor pragmatik yang menyebabkan susunan tersebut menjadi berubah, khususnya karena pengidentifikasian terhadap argumen-argumen NP dalam klausa-klausa dengan kata-kerja transitif. Tulisan ini menelaah variasi susunan konstituen dalam bahasa Bali dan motivasinya. Dari sudut kelinearan, susunan yang kanonikal dalam bahasa Bali adalah ENP [V INP].Namun ada faktor-faktor pragmatik yang menyebabkan susunan tersebut menjadi berubah, khususnya karena pengidentifikasian terhadap argumen-argumen NP dalam klausa-klausa dengan kata-kerja transitif.Data yang dipakai bersumberkan pada empat buah cerita rakyat. Pola-pola sususan kalimat tersebut dikumpulkan dengan cara mencatat pada saat membaca masing-masing cerita tersebut. Masing-masing pola kemudian dianalisa menurut bentuk logika P > (Q > R) yang terinspirasi oleh model universal sususan berimplikasi ‘implicational order universal’ yang diperkenalkan oleh Hawkins.Hasilnya berupa penemuan beberapa pola ‘implicational order universals’ dalam bahasa Bali.
Kata Kunci: constituent order, markah definit, implicational universal, ENP, INP, +AT, -AT