SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/sphota
<p>SPHOTA:<em> Jurnal Linguistik dan Sastra</em> with registration number p-ISSN <strong>2085-8388</strong> and e-ISSN <strong>2580-7358</strong> provides conceptual and research-based articles with various topics on Language, Literature studies and Language Education. SPHOTA is published by <a href="https://fba.unmas.ac.id/" target="_blank" rel="noopener">Fakultas Bahasa Asing Universitas Mahasaraswati Denpasar</a> and issued two times a year; in March and September.</p>Fakultas Bahasa Asing (FBA) Universitas Mahasaraswati Denpasaren-USSPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra2085-8388The INTERPERSONAL FUNCTIONS OF JOE BIDEN’S CAMPAIGN SPEECH TRANSCRIPT: A SYSTEMIC FUNCTIONAL LINGUISTICS APPROACH
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/sphota/article/view/2663
<p><strong>Abstract</strong></p> <p>This research reports the types of interpersonal function, the mood types, and the types of modality in <em>Joe Biden’s Campaign Event Speech Transcript on November 1, 2020, Philadelphia</em>. The data source is <em>Joe Biden’s Campaign Event Speech Transcript on November 1, 2020, in Philadelphia. </em>The data are in the forms of clauses reflecting the interpersonal functions, mood types, and types of modality of <em>Joe Biden’s Campaign Event Speech Transcript on November 1, 2020, in Philadelphia. </em>The research method is a descriptive qualitative method. The finding of the research shows that interpersonal functions are used in the <em>Joe Biden’s Campaign Event Speech Transcript</em>. The types of mood realized in the data are categorized as declarative mood and interrogative mood. The declarative mood with a total of 54 from 57 overall data. The interrogative mood with a total of 3 from 57 overall data. Furthermore, 18 types of modality were found. 10 types of modality categorized into low level, four data use <em>can</em>, five data use <em>have to</em>, and one data use <em>doesn't</em>. 6 types of modality categorized in the medium level, three data use <em>would </em>and <em>will</em>. 2 types of modality categorized into high level, one data use <em>can’t </em>and <em>need</em>.</p> <p> </p> <p><strong>Abstrak </strong></p> <p>Penelitian ini melaporkan jenis-jenis fungsi interpersonal, tipe mood, dan jenis-jenis modalitas dalam Transkrip Pidato Acara Kampanye Joe Biden pada 1 November 2020, Philadelphia. Sumber data dalam penelitian ini adalah <em>Transkrip Pidato Acara Kampanye Joe Biden pada tanggal 1 November 2020</em> di <em>Philadelphia</em>. Data penelitian ini berupa klausa yang mencerminkan fungsi interpersonal, tipe mood, dan tipe modalitas <em>Transkrip ///Pidato Acara Kampanye Joe Biden pada 1 November 2020 di Philadelphia</em>. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa fungsi interpersonal digunakan dalam <em>Transkrip Pidato Acara Kampanye Joe Biden pada 1 November 2020 di Philadelphia</em>. Sedangkan tipe mood yang diwujudkan dalam data dikategorikan sebagai mood deklaratif dan mood interogatif. Suasana deklaratif dengan total 54 data dari 57 data keseluruhan. Suasana interogatif dengan total 3 dari 57 data keseluruhan. Selanjutnya ditemukan 18 jenis modalitas. Ada 10 jenis modalitas yang dikategorikan ke dalam level rendah, empat penggunaan data <em>can</em>, lima penggunaan data <em>have to</em>, dan satu penggunaan data <em>doesn’t</em>. Ada 6 jenis modalitas yang dikategorikan dalam tingkat sedang, tiga data menggunakan <em>would</em> dan <em>will</em>. Terakhir, ada 2 jenis modalitas yang masuk dalam kategori tingkat tinggi, salah satunya penggunaan data <em>can’t </em>dan <em>need</em>.</p> <p> </p>Cintania BrilliantaSetiarini Ni Luh Putu
Copyright (c) 2022 SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra
2022-10-012022-10-01142677810.36733/sphota.v14i2.2663THE PENGUASAAN CHOUKAI (MENDENGARKAN BAHASA JEPANG) MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS UDAYANA
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/sphota/article/view/3837
<p>Acquisition of Japanese listening one of the four basic skills of Japanese. Analysis of student listening acquisition needs to be done to find out the level of achievement of the Japanese learning process of students, especially on the ability to listen by listening. This study aims to find out level of Japanese listening acquisition to Japanese students of Udayana University Japanese Literature study program in 2021</p> <p>The main subject of this study was all active students of Udayana University Japanese Literature study program class of 2018-2021 amounted to 258 students. Data collected by test method i.e. students are asked to do japanese listening questions that include competency components according to international standards of Japanese language skills, namely on the fulfillment of five listening indicators tested to students, namely: understanding the task (<em>kadai rikai</em>課題理解), understanding the key points (<em>pointo rikai</em>ポイント理解), understanding the concept (<em>gaiyou rikai</em>概解), verbal expression (<em>hatsuwa</em> <em>hyougen</em>発話表現), and provide a quick response to the brief speech of the interlocutor (<em>sokuji outou</em>即時応答).</p> <p>The datas were analyzed descriptively quantitatively and qualitatively. This research discuss characteristics of Krashen's second language teaching theory. Practically this research describe the ability to listen to Japanese students which can later be used as a benchmark for the development of teaching planning for the Japanese Literature study program of Udayana University.</p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Penguasaan mendengarkan bahasa Jepang merupakan salah satu dari empat kemampuan dasar bahasa Jepang. Analisis penguasaan mendengarkan mahasiswa perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian proses pembelajaran bahasa Jepang mahasiswa terutama pada kemampuan menyimak dengan cara mendengarkan. Rumusan masalah penelitian ini mengangkat masalah tingkat penguasaan mendengarkan bahasa Jepang mahasiswa aktif program studi Sastra Jepang Universitas Udayana tahun 2021. Penelitian ini bertujuan untuk membuat gambaran penguasaan bahasa Jepang mahasiswa terutama terkait pengetahuan bahasa yaitu mendengarkan (Choukai). Subjek utama penelitian adalah seluruh mahasiswa aktif program studi Sastra Jepang Universitas Udayana angkatan 2018-2021 berjumlah 258 orang mahasiswa. Data dikumpulkan dengan metode tes, yakni mahasiswa diminta untuk mengerjakan soal mendengarkan bahasa Jepang yang meliputi komponen kompetensi sesuai standar internasional kemampuan bahasa Jepang yaitu pada pemenuhan lima indikator mendengarkan yang diujikan kepada mahasiswa yaitu: memahami tugas (kadai rikai課題理解), memahami poin kunci(pointo rikaiポイント理解), memahami konsep (gaiyou rikai概要理解), Ekspresi verbal(hatsuwa hyougen発話表現), dan memberikan respon cepat atas ujaran singkat lawan bicara (sokuji outou即時応答). Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini memberikan manfaat secara teoretis tentang karakteristik teori pemerolehan-pengajaran bahasa kedua oleh Krashen. Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat untuk mendeskripsikan kemampuan mendengarkan bahasa Jepang mahasiswa yang nantinya dapat digunakan sebagai tolok ukur pengembangan perencanaan pengajaran program studi Sastra Jepang Universitas Udayana.</p> <p> </p>CANDRA LESTARI NI PUTU
Copyright (c) 2022 SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra
2022-10-012022-10-01142799010.36733/sphota.v14i2.3837PEMILIHAN KODE DALAM PERCAKAPAN ANGGOTA KELUARGA PADA MASYARAKAT CIBUBUR, JAKARTA TIMUR
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/sphota/article/view/4836
<p><strong>Abstract</strong></p> <p>In the field of sociolinguistics there are studies that discuss code switching and code mixing. In line with the statement, the purpose of this research is to describe the for, of code selection (language) and to explain the factors that become the background for the creation of code switching and code-mixing events. The locations used in this study are people who live in Cibubur, East Jakarta and are limited to the scope of RT.003 and RW.003. Qualitative methods will be used as a way to analyse the object of research. This is because the data in the study will be described descriptively by looking at the form of the code and the factors that influence it, so that the factors that occur from the selection of the code will also be included. Data will be collected in the form of interviews and will be analyzed using Dell Hymes theory regarding the concept of “SPEAKING”. The interview was conducted online through the <em>WhatsApp</em> and<em> Instagram </em>applications, so that the results obtained that the from of language variation codes seen in the Cibubur community, East Jakarta were Jakarta Malay Language (BMJ), Javanes Language (BJ), Sundanese Language (BS), Minangkabau Language (BM), Batak Language (BB), and Foreign Language (BA). Meanwhile, the factors that influence the occurrence of this code selection event are the context and setting, the narrative party, the purpose of the speech, the sequence in the speech, the way of speaking, the means of speaking, the rules or norm, and the type of speech form.</p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p> </p> <p>Pada bidang sosiolinguistik terdapat kajian yang membahas mengenai alih kode dan campur kode. Senada dengan pernyataan tersebut, tujuan dari adanya penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan wujud pemilihan kode (bahasa) serta memaparkan faktor-faktor yang menjadi latar belakang terciptanya peristiwa alih kode dan campur kode. Adapun lokasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah masyarakat yang tinggal di Cibubur, Jakarta Timur dan dibatasi dengan lingkup RT.003 dan RW.003. Metode kualitatif akan dijadikan sebagai cara dalam menganalisis objek penelitian. Hal ini disebabkan karena data dalam penelitian akan dijabarkan secara deskriptif dengan melihat wujud kode serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga akan termuat pula faktor-faktor yang terjadi dari pemilihan kode tersebut. Data akan dikumpulkan dalam bentuk wawancara dan akan dianalisis dengan menggunakan teori Dell Hymes mengenai konsep “SPEAKING”. Wawancara tersebut telah dilaksanakan secara daring melalui aplikasi <em>WhatsApp </em>maupun <em>Instagram</em>, sehingga diperoleh hasil bahwa wujud kode variasi bahasa yang terlihat dalam masyarakat Cibubur, Jakarta Timur ialah Bahasa Melayu Jakarta (BMJ), Bahasa Jawa (BJ), Bahasa Sunda (BS), Bahasa Minangkabau (BM), Bahasa Batak (BB), serta Bahasa Asing (BA). Sementara itu, faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa pemilihan kode ini ialah konteks dan latar, pihak penuturan, tujuan tuturan, urutan dalam tuturan, cara berbicara, sarana dalam bertutur, aturan atau norma, serta jenis dari bentuk tuturan.</p>Fadhilah Mutiara Dewi
Copyright (c) 2022 SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra
2022-10-012022-10-011429110310.36733/sphota.v14i2.4836AN ANALYSIS OF HYPERBOLE IN THE SOUR ALBUM OF OLIVIA RODRIGO
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/sphota/article/view/5002
<p><strong>Abstract</strong></p> <p>Figurative language has an important role in literary works. One of them is song lyric. Many songwriters write their songs using figures of speech for the deep message they want to convey to their target. Therefore, the aim of this study is to find out how many figures of speech hyperbole are contained in the lyrics of Olivia Rodrigo's song on the album "Sour". The researcher also tried to analyze the meaning of the sentences contained in the hyperbole figure of speech. The data studied were analyzed qualitatively to see the types and meanings contained in the song. The researchers found 13 data contained in the hyperbole figure of speech in the album "Sour" by Olivia Rodrigo. Hopefully this research is useful and also provides benefits for everyone to understand more about figurative language contained in song lyrics, because song lyrics are one of the literary works that contain a lot of figurative language. In addition, this research is expected to be able to contribute as a medium for language styles learning because songs are loved by many people so that teaching will be interesting</p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Bahasa kiasan memiliki peranan penting dalam karya sastra. Salah satunya adalah lagu, banyak pencipta lagu menulis lagu mereka menggunakan majas untuk pesan mendalam yang ingin mereka sampaikan kepada target mereka. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak majas hiperbola yang terdapat dalam lirik lagu Olivia Rodrigo pada album “Sour”. Peneliti juga mencoba menganalisis makna kalimat-kalimat yang terdapat dalam majas hiperbola. Data yang diteliti dianalisis secara kualitatif untuk melihat jenis dan makna yang terkandung dalam lagu tersebut. Peneliti menemukan 13 data yang terkandung majas hiperbola didalam album "Sour" oleh Olivia Rodrigo Semoga penelitian ini bermanfaat dan juga memberikan manfaat bagi semua orang untuk lebih memahami tentang bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik lagu, karena lirik lagu merupakan salah satu karya sastra yang banyak mengandung bahasa kiasan. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi sebagai media untuk pembelajaran gaya bahasa karena lagu digemari banyak orang sehingga pengajaran akan menarik.</p>pande putu intan sruti prapila maha wirta putri Mela Tustiawati Ida Ayu
Copyright (c) 2022 SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra
2022-10-012022-10-0114210511410.36733/sphota.v14i2.5002INTERUPSI OLEH PEMBAWA ACARA PRIA DAN WANITA DALAM PROGRAM TALK SHOW KOMEDI DI INDONESIA: INTRUSIF ATAU KOOPERATIF?
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/sphota/article/view/5047
<p><strong>Abstract</strong></p> <p>Interruptions in conversation are considered as a form of domination. Several prominent studies concluded that male tend to dominate the conversation by interrupting more often than female in mixed-sex conversation. However, interruption found to have other functions, which used to show a positive attitude. Therefore, this present study employed a descriptive qualitative method to investigate the function of interruption by male and female presenters in comedy talk shows in Indonesia using the classification of interruption by Zhao (2003) and Tao (2018). The findings pointed out that interruptions are not only aimed as a form of domination but also function as the form of cooperative and intrusive way in conversation. Related to gender study, female presenters are likely to use cooperative interruption while male presenters dominantly use intrusive interruption. Moreover, this study also revealed that intrusive interruption performed not only to show disagreement towards interlocutors but also may cause laughter that shows positivity from the audiences</p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p> </p> <p>Interupsi dalam percakapan dinilai sebagai sebuah bentuk dominansi. Beberapa studi terkemuka menyimpulkan bahwa laki-laki cenderung mendominasi dalam percakapan antara lawan jenis dengan menginterupsi lebih banyak dibanding perempuan. Akan tetapi, interupsi ditemukan memiliki tujuan lain yang bersifat positif. Oleh karenanya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk melihat tujuan interupsi yang dilakukan oleh pembawa acara laki-laki dan perempuan dalam talk show komedi di Indonesia menggunakan klasifikasi interupsi oleh Zhao (2003) dan Tao (2018). Hasil studi menunjukkan bahwa interupsi tidak hanya berfungsi sebagai bentuk dominansi tetapi juga dapat menunjukkan bentuk kooperatif dan intrusif dalam percakapan. Terkait dengan studi gender, pembawa acara perempuan cenderung menggunakan interupsi kooperatif sedangkan pembawa acara laki-laki secara dominan menggunakan interupsi intrusif. Selain itu, ditemukan bahwa interupsi intrusif tidak hanya menunjukkan bentuk pertentangan terhadap lawan bicara namun juga dapat menyebabkan tawa yang bersifat positif dari penonton.</p>Nur Trihandayani RivaiWijana I Dewa Putu
Copyright (c) 2022 SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra
2022-10-012022-10-0114211512510.36733/sphota.v14i2.5047AN ANALYSIS OF COMPOUNDING AND CLIPPING SLANG WORDS FOUND IN “AFTER WE COLLIDED” MOVIE
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/sphota/article/view/5030
<p><strong>Abstract</strong></p> <p>The research aimed to determine types of slang words and analyze compounding and clipping types of slang words that used in "After We Collided" movie. Yule's (1986) theory was used to determine the types of compounding and clipping. Leech's (1981) theory to analyzed the meaning of slang words found in "After We Collided" movie. The descriptive qualitative method was used in this study. Several steps that were done in collecting the data involved watching the movie to understand the story, reading the movie script, selecting and taking notes, and the last step is classifying the data. The researcher found out seven data as compounding, and eleven data found as clipping. With the percentage, compounding 39% and clipping 61%. There are six data classified in conceptual meaning, only one data determined as connotative meaning, one data as affective meaning, and eleven data categorized in social meaning. With the percentages social meaning 34%, connotative meaning 5%, social meaning 61%, and affective meaning 5%.</p> <p> </p> <p><strong>Keyword</strong>: <em>slang word, meaning, movie.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kata slang dan menganalisis jenis-jenis kata slang compounding dan clipping yang digunakan dalam film “After We Collided”. Teori Yule (1986) digunakan untuk menentukan jenis compounding dan clipping. Teori Leech (1981) untuk menganalisis makna kata-kata slang yang ditemukan dalam film “After We Collided”. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Beberapa langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi menonton film untuk memahami cerita, membaca naskah film, memilih dan mencatat, dan langkah terakhir adalah mengklasifikasikan data. Peneliti menemukan tujuh data sebagai compounding, dan sebelas data ditemukan sebagai clipping. Dengan prosentase, compounding 39% dan clipping 61%. Ada enam data yang diklasifikasikan dalam makna konseptual, hanya satu data yang ditentukan sebagai makna konotatif, satu data sebagai makna afektif, sebelas data dikategorikan dalam makna sosial. Dengan persentase makna sosial 34%, makna konotatif 5%, makna sosial 61% dan makna afektif 5%.</p> <p> </p> <p><strong>Kata kunci:</strong> <em>kata slang, makna, film.</em></p>Ni Putu Rahmania Ayu KasithaPutri Gita Ardiantari Ida Ayu
Copyright (c) 2022 SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra
2022-10-012022-10-0114212713410.36733/sphota.v14i2.5030