Unsur Deontik Imperatif Pada Kalimat Modalitas Bahasa Jepang Dan Bahasa Indonesia

Authors

  • Tresna A Ramadhan Universitas Kristen Maranatha
  • Dance Wamafma Universitas Kristen Maranatha

Keywords:

modalitas, modus, imperatif, meireikei

Abstract

Modalitas merupakan cakupan linguistik semantik yang mengungkap makna yang dikendalikan sifat intrinsik manusia. Menurut Samsuri (1985:245) modalitas adalah sikap pembicara terhadap situasi yang dihadapi pembicara. Secara eksplisit biasanya terdiri atas sebuah kalimat, klausa, atau sebuah bentuk leksikal atau adverbia yang dinamakan modus. Modalitas bahasa Indonesia dan bahasa Jepang dari sudut pandang pikiran meliputi, modalitas intensional (keinginan, harapan, ajakan, permintaan); modalitas epistemik (kemungkinan, keteramalan, keharusan, dan kepastian), modalitas deontik (izin dan perintah), dan modalitas dinamik. Dalam bahasa Jepang, modalitas dikelompokkan kedalam sepuluh jenis, yaitu: kakugen (確言), meirei (命令), kinshi-kyoka (禁止許可), irai (依頼), toui (当為), ishi-moushide-kanyuu (意思申し出勧誘), ganbou (願望), gaigen (概言), setsumei (説明), dan hikyou (比況). Kedua modalitas dibandingkan dari konsep modalitas deontik khususnya perintah, permohonan, larangan, perintah negatif dan permohonan negatif. Data diperoleh dari novel berbahasa Jepang dan Indonesia. Materi pokok pembandingannya berupa modus yang digunakan pada kalimat imperatif kedua bahasa. Modalitas imperatif bahasa Jepang memiliki banyak modus yang menunjukkan daya dorong sangat kuat seperti ikinasai (行きなさい) dan lebih keras ike! (行け) dan lain-lain. Bentuk modus imperatif bahasa Indonesia melengkapi diri dengan adverbia atau morfem terikat tertentu, misalnya …lah atau ….kan dalam pergilah atau ambilkan. Daya dorong modalitas bahasa Indonesia hanya tampak sebagai supra-segmental daripada sebagai infleksi modus.

Downloads

Published

2024-06-01

Issue

Section

Articles