RESISTANSI KULTURAL FEMINISME OKA RUSMINI DALAM PUISI “PATIWANGI”
Keywords:
feminis, resistansi, adat, kasta, sistem keturunan patrilinealAbstract
Oka Rusmini sangat konsen menggarap tema-tema kultur masyarakat Bali. Dalam Tarian Bumi (Novel, 2000), Sagra (Kumpulan Cerpen, 2001), maupun Kenanga (Novel, 2003), Oka Rusmini mengkristisi berbagai segi, peristiwa, konflik, seluk-beluk adat dan rumitnya kehidupan masyarakat Bali. Sikap kritisnya yang tajam itu membuat sisi kehidupan Griya yang tersembunyi menjadi telanjang di hadapan pembaca. Hal serupa juga tampak dalam salah satu karya puisinya yang berjudul “Patiwangi.” Puisi ini merupakan salah satu karyanya yang mengusung isu feminisme, yakni memaparkan secara gamblang tentang ketertindasan (marginalitas, liminalitas) kaum feminis Bali akibat belitan adat. Masyarakat Bali yang menganut sistem keturunan patrilineal mendudukan perempuan sebagai kaum yang lemah dan terpinggirkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ungkapan perlawanan yang dilakukan oleh Oka Rusmini atas ketidakberpihakan sistem adat Bali terhadap kaum feminis. Teori yang digunakan adalah kritik sastra feminisme politis dari Kate Millet. Metode yang digunakan adalah metode studi kepustakaan (library research) dengan teknik simak-catat. Tahapan analisis data digunakan metode deskriptif analitik. Hasil pembahasan menunjukan bahwa dalam puisi “Patiwangi” dinyatakan secara impilist maupun eksplisit tentang kisah keterpurukan perempuan dari kasta Brahmana yang tertindas dan diperlakukan secara tidak adil oleh adat, kasta, maupun sistem keturunan patrilineal yang dianut oleh masyarakat Bali. Ketiga faktor tersebut sangat memengaruhi aspek psikologis perempuan Bali dalam menjalani kehidupannya. Ketidakadilan itu yang dilawan oleh Oka Rusmini. Melalui puisi itu, Oka Rusmini berjuang untuk penyetaraan kaum perempuan Bali dengan menyelipkan pesan bahwa adat semestinya dapat memberikan kedamaian dan kebahagiaan bagi setiap warga tanpa membedakan golongan, kasta, maupun jenis kelamin, dengan kata lain adat yang berlaku dalam masyarakat Bali semestinya dapat menjunjung rasa kemanusiaan dan menjunjung tinggi keadilan bagi setiap warga. Demikian pula sistem kasta dalam pelapisan sosial dalam masyarakat Bali, semestinya juga harus menjunjung rasa kemanusiaan dan keadilan.