MERETAS MAKNA PEMBERIAN NAMA ANAK PADA MASYARAKAT BUGIS DI KABUPATEN SINJAI (SEBUAH KAJIAN ANTROPINIMI)
Keywords:
antrop onimi, kearifan lokal, kebinekaan globalAbstract
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1. Pola struktur nama diri pada masyarakat suku Bugis di kabupaten Sinjai; 2. Faktor penyebab terjadinya dekonstruksi kearifan lokal dalam pemberian nama pada masyarakat suku Bugis di Kabupaten Sinjai. 3. Pengaruh kebinekaan global dalam perwujudan negara adiwangsa. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskripstif kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh dari data kependudukan masyarakat yang diambil secara random. Selain itu disebarkan angket dalam bentuk google form kepada 100 responden untuk mengkaji faktor-faktor penyebab terjadinya dekonstruksi kearifan lokal, dan dilengkapi dengan studi pustaka yang relevan. Teknik analisis data penelitian ini meliputi tiga tahapan yakni, reduksi data, penyajian data,dan penarikan kesimpulan.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola sturktur pemberian nama diri bagi masyarakat, khususnya pada suku Bugis di kabupaten Sinjai teridi atas: 1. Satu kata yang bernuansa khas daerah; 2. Satu kata berdasarkan kondisi dan situasi; 3. Dua kata berpasangan berdasarkan jenis kelamin; 4. Pola bernuansa agama Islam dengan gejala analogi; 5 Pola bernuansa Agama Islam dengan gejala paragoge; 6. Pola bernuansa Agama Islam dengan proses Ta Marbuta; dan 7, Pola dua kata atau lebih (milenial). Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran dalam pemberian nama bagi suku Bugis di Kabupaten Sinjai, di antaranya adalah: 1). Kepemilikan alat-alat telekomunikasi secara masal dapat memberikan peluang untuk memberikan nama kepada putra putrinya berdasarkan popularitasnya;; 2). Lemahnya pondasi tradisi lokal menjadi pemicu pula terjadinya pergeseran dalam pemberian nama diri; 3) Tingginya persaingan sosial dan mobilitas masyarakat turut memegang andil dalam kajian antroponimi; Kebinekaan global dan kuatnya arus globalisasi, serta kemajuan teknologi yang semakin pesat menyebabkan jarak semakin dekat antara satu kota atau negara dengan kota atau negara yang lain sehingga berimplikasi pada pola hidup dan pola bersosialisasi anggota masyarakatn menuju terciptanya negara Indonesia sebagai negara adiwangsa.