Analisis Hidrolika Pada Saluran Drainase Di Daerah Seminyak Kecamatan Kuta Kabupaten Badung

Authors

  • Ida Bagus Suryatmaja Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mahasaraswati Denpasar
  • Anak Agung Ratu Ritaka Wangsa Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mahasaraswati Denpasar
  • I Made Purnayasa Wijaya Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mahasaraswati Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.36733/jikt.v12i1.6583

Keywords:

Sistem Drainase, Drainase Perkotaan, HEC-RAS

Abstract

Sistem drainase berfungsi untuk mengalirkan air dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mencegah terjadinya genangan air yang dapat menyebabkan banjir atau merusak infrastruktur. Biasanya, sistem ini terdiri dari berbagai jenis saluran dan ditemukan di daerah perkotaan karena tanah yang padat dan permukaan yang keras. Namun, sistem drainase juga dapat digunakan di daerah pedesaan untuk mengalirkan air dari lahan pertanian atau perkebunan. Sistem drainase perkotaan terdiri dari saluran pembuangan primer yang mengarahkan air dari permukaan kota ke sungai atau laut, saluran pembuangan sekunder yang menghubungkan saluran primer dengan sistem drainase lokal, dan sistem pengaturan air yang mengontrol aliran air ke dalam sistem drainase. Namun, sistem drainase perkotaan memiliki masalah seperti banjir akibat curah hujan yang tinggi atau air tercemar dari limbah industri atau rumah tangga. Pemeliharaan dan pengawasan yang teratur diperlukan untuk memastikan bahwa sistem drainase berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan dan masyarakat. Saluran drainase Jalan Kunti II di Seminyak menggunakan beton precast dan cenderung tidak bekerja dengan optimal, sehingga terjadi banjir dengan ketinggian mencapai 40cm saat hujan deras. Hal ini perlu mendapat perhatian dan penanganan dari masyarakat dan pemerintah daerah, karena sering terjadi banjir yang dapat menyebabkan kerugian pada irigasi dan rumah warga sekitar. Pada musim kemarau, sampah yang menyumbat saluran drainase menyebabkan aliran air tidak teratur dan terjadi genangan air. Hasil pemodelan HEC-RAS menunjukkan bahwa ketinggian muka air dan ketinggian di kaki permukaan air lebih tinggi dari kapasitas debit saluran eksisting, yang dapat menyebabkan banjir. Pada titik River Sta. 2, terjadi aliran superkritis karena ketinggian permukaan air aliran kritis lebih rendah dari ketinggian di kaki permukaan air. Meskipun kapasitas debit saluran eksisting masih mampu menangani aliran air pada titik hilir 800-100 m, namun pada titik 0-800 m ditemukan banjir pada kala ulang 2, 5, dan 10 tahun karena profil muka air melebihi kapasitas debit saluran eksisting. Oleh karena itu, diperlukan tindakan pengelolaan air yang lebih baik seperti meningkatkan kapasitas saluran atau membuat saluran pengalihan air untuk mengatasi potensi banjir di daerah tersebut.

Downloads

Published

2023-05-31