DARI RITUAL KE MEDIA SOSIAL: SEMARAK SENI SASTRA DAN PERTUNJUKAN BALI DI ERA DIGITAL

Abstract

Perkembangan teknologi digital, modernisasi, dan globalisasi sering dituduh sebagai kekuatan yang memarjinalkan kesenian tradisional. Makalah ini mengkaji dampak kemajuan teknologi, modernisasi, dan globalisasi dalam kehidupan seni tradisi di Bali. Untuk menjawab persoalan tersebut, dikaji dua bentuk kesenian tradisional Bali sebagai studi kasus. Pertama, seni gita santi (kidung berbasis sastra tradisional Bali) yang biasanya dilaksanakan sebagai pengiring ritual dan hiburan. Kedua, seni pertunjukan wayang kulit yang berfungsi sakral ritual dan hiburan. Data penelitian digali melalui observasi, wawancara, studi pustaka, rekaman gita santi dari radio dan televisi, serta netnografi dari media sosial Facebook, Instagram, dan YouTube, yang kemudian dikaji dengan konsep-konsep dalam teori New Media seperti interactivity, active audience, user-generated content (UGC), dan demokratisasi informasi dan hiburan. Kajian ini menyimpulkan bahwa seni tradisi gita santi dan pertunjukan wayang kulit Bali terbuka dan kreatif-adaptif dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Alih-alih memarjinalkan kedua kesenian tradisional Bali tersebut, piranti teknologi digital justru membantu semakin semaraknya kehidupan seni tradisi Bali, seperti tampak dalam acara-acara kidung interaktif di media massa radio dan televisi, serta video di media sosial yang berkarakter interaktif dan UGC. Meskipun semarak di dunia digital, seni tembang berbasis sastra gita santi dan wayang tidak kehilangan peran dasarnya sebagai pendukung kegiatan ritual keagamaan. Kajian ini berkontribusi dalam memberikan pemahaman bahwa kemajuan teknologi, modernisasi, dan globalisasi bukanlah ancaman bagi kemajuan seni sastra dan pertunjukan Bali tradisional, melainkan memberikan energi baru dan terbarukan dalam pengembangan di berbagai platform yang tidak pernah ada sebelumnya