PENGGUNAAN KAMISHIBAI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA
Keywords:
kamishibai, gaya belajar, kerucut pengalamanAbstract
Pada tahun 2019, OECD mengumumkan hasil survei PISA 2018 yang menjadi potret masalah kemampuan membaca orang Indonesia. Dari hasil tahun 2018, diketahui bahwa peringkat Indonesia turun ke peringkat 74 (ke-6 terbawah) dari 64 (2015). UNESCO (2016) juga mengemukakan hasil survei minat baca di Indonesia sangat rendah (nomor 60 dari 61 negara), hanya 0,001%. Meningkatkan minat baca dan literasi orang Indonesia adalah tugas besar dalam dunia pendidikan. Yamaguchi (1998) menjelaskan bahwa dalam satu menit proses pengolahan informasi berupa huruf hanya dilakukan oleh otak kiri, sebanyak 1.000 huruf; sedangkan informasi yang disertai gambar diproses oleh otak kiri kanan bersamaan sebanyak 2.000. Hal ini merupakan fenomena kognisi “Picture Superiority Effect” (PSE) , manusia lebih mudah mengingat dan memahami bila menggunakan gambar. Dale (1946) memperkenalkan Kerucut Pengalaman, bahwa semakin konkrit suatu hal (ada berbagai rangsangan sensori dan motorik), maka outcome pembelajaran akan semakin baik. Penggunaan bahan ajar bergambar seperti kamishibai, dengan cara pembacaan yang didramatisasi dalam pembelajaran bahasa Jepang memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa. Metode pembelajaran ini diterapkan pada mahasiswa tingkat 1 dan 2. Dari hasil observasi dan penilaian akademik, terlihat peningkatan kemampuan membaca, pertambahan kosakata baru, pengenalan hoogen dan gaya bahasa yang tidak ada dalam buku teks; secara afektif terlihat peningkatan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran, pertumbuhan minat baca dan kepercayaan diri untuk tampil di depan kelas. Dapat dikatakan metode ini mengakomodasi gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Kamishibai juga menjadi media pengenalan budaya dan nilai-nilai masyarakat