PERAN KELOMPOK SUBAK DALAM PELESTARIAN AIR MELALUI UPACARA MENDAK TOYA
Kata Kunci:
Subak, Pengairan, Mendak Toya, Kearifan LokalAbstrak
Subak is an organization by the farming community in Bali that specifically regulatesthe management orsystem of irrigation / irrigation of rice fieldstraditionally, the existence of Subak is a manifestation of the philosophy / concept of Tri Hita Karana which means "Three causes of the creation of happiness and well-being". The application of philosophy / concepttri Hita Karana in Subak that including, Parahyangan, a harmonious relationship between man and God, Pawongan, a harmonious relationship between man and his fellow, Palemahan, a harmonious relationship between man and nature and his environment. One theory of Tri Hita Karana that is usually applied by subak members is the Mendak Toya ceremony. Mendak toya is one of the rituals and forms of gratitude to the water ruler to ask god for salvation (Dewi Sri, Dewi Uma) so that agriculture can succeed well.
Subak adalah sebuah organisasi masyarakat petani di Bali yang khusus mengatur tentang manajemen atau sistem pengairan/irigasi sawah secara tradisional, keberadaan Subak merupakan manifestasi dari filosofi/konsep Tri Hita Karana yang berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan”. Penerapannya filosofi/konsep Tri Hita Karana didalam Subak yaitu, Parahyangan merupakan hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, Pawongan merupakan hubungan yang harmonis antaramanusia dengan sesamanya, Palemahan yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungannya. Salah satu ajaran dari Tri Hita Karana yang biasanya diterapkan oleh anggota Subak adalah upacara Mendak Toya. Mendak toya merupakan salah satu ritual dan bentuk ungkapan syukur kepada penguasa air untuk memohon keselamatan kepada Tuhan (Dewi Sri, Dewi Uma) agar pertanian dapat berhasil baik.