REVITALISASI MAKNA KAIN POLENG GUNA MENGGUGAH KETERLIBATAN GENERASI Z DALAM PELESTARIAN HUTAN DI BALI
Abstrak
Forests have an important role in the life of living things on earth. Forests are natural resources that are beneficial for life either directly or indirectly. The direct benefit of the forest is that the wood is widely used by the community. Meanwhile, the indirect benefits of forests for human life are in the form of environmental services, both as water regulators, aesthetic functions, as well as oxygen providers and carbon sinks. In Balinese Hinduism, the Poleng cloth is believed to be in the relationship between humans and humans, which can be interpreted as a sign to remind each other not to cut down or disturb trees covered in poleng. If it is linked between humans and nature, then covering the tree with poleng cloth means a formof commitment to maintain and preserve the tree. When trees can be maintained it will have an indirect impact on the lives of other animals. In other cases, the use of poleng cloth on trees can be interpreted as the local wisdom of the Balinese people in preserving the environment. Based on the Tri Hita Karana concept, the effort to wrap a poleng on a large tree by the Hindu community in Bali philosophically contains a perspective on environmental management with anthropocentric, biocentric and ecocentric concepts.
Hutan memiliki peranan penting dalam kehidupan makhluk hidup di bumi. Hutan merupakan sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat hutan sacara langsung adalah kayunya yang banyak digunakan oleh masyarakat. Sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung bagi kehidupan manusia adalah, berupa jasa lingkungan, baik sebagai pengatur tata air, fungsi estetika, maupun sebagai penyedia oksigen dan penyerap karbon. Dalam agama Hindu Bali, kain Poleng di percayai hubungan antara
manusia dengan manusia dapat diartikan sebagai tanda untuk saling mengingatkan agar tidak menebang ataupun mengganggu pohon yang berselimut saput poleng. Jika dikaitkan antara manusia dan alam maka menyelimuti pohon dengan kain poleng memiliki arti bentuk komitmen untuk menjaga dan melestarikan pohon tersebut. Ketika pohon mampu dijaga maka akan berdampak tidak langsung terhadap kehidupan hewan lainnya. Dalam hal lain juga pemakaian kain poleng pada pohon dapat diartikan sebagai kearifan lokal masyarakat Bali dalam melestarikan lingkungan. Berdasarkan konsepsi Tri Hita Karana maka upaya melilitkan saput poleng pada pohon besar yang dilakukan masyarakat Hindu di Bali secara filosofi mengandung cara pandang pengelolaan lingkungan dengan konsep antroposentris, biosentris dan ekosentris