DIGICULTURE: PERAN GENERASI MUDA DALAM PELESTARIAN SENI DAN BUDAYA BALI DI ERA DIGITAL (STUDI KASUS SANGGAR SENI SEMARANDANA, BALI)
Abstrak
Pelestarian seni dan budaya Bali merupakan upaya yang sangat penting
untuk menjaga identitas budaya Bali di tengah perkembangan zaman yang semakin
digital. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran generasi muda dalam
melestarikan seni dan budaya Bali di era digital, dengan fokus pada Sanggar Seni
Semarandana di Kabupaten Badung, Bali. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif, dengan pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis berdasarkan teori peran dari
Sihombing yang mencakup empat peran utama, yaitu peran sebagai pengembang,
peran sebagai pendamping, peran sebagai fasilitator, dan peran sebagai mitra
kerjasama. Penelitian ini menunjukkan bahwa generasi muda berperan dalam
upaya menjaga, mengembangkan, serta melestarikan seni dan budaya Bali.
Generasi muda berperan sebagai pengembang dengan menciptakan inovasi dalam
seni seperti pertunjukan virtual drama tari musikal “Amolah Cara”, Sendratari
Ramayana, dan video tutorial mengenai gerak dasar tari Bali bagi peserta program
BSBI. Generasi muda juga berperan sebagai pendamping pembelajaran jarak jauh
dengan membuat video Tari Oleg sebagai salah satu metode pembelajaran dan
mendampingi seniman senior dalam memanfaatkan platform digital. Sebagai
fasilitator, generasi muda menyediakan ruang diskusi dan ekspresi yaitu “Ruang
Idealis” yang mendukung pengembangan seni, serta berperan sebagai mitra
kerjasama dalam membangun hubungan dengan berbagai pihak untuk mendukung
kegiatan seni dan budaya, tanpa mengabaikan nilai–nilai lokal yang terkandung di
dalamnya. Dengan demikian, generasi muda tidak hanya berkontribusi terhadap
pelestarian seni dan budaya Bali, tetapi juga berperan penting dalam mewujudkan
Indonesia yang maju, berbudaya, dan berdaya saing global pada tahun 2045.
Kata–kata kunci: pelestarian, seni, budaya, digital, inovasi
