REVITALISASI NATAH TEBA DAN TELAJAKAN SEBAGAI UPAYA NET ZERO EMISSION BERBASIS DESA ADAT MENUJU INDONESIA EMAS 2045
Abstrak
Bali memiliki banyak warisan budaya yang harus dilestarikan, salah satu
kearifan lokal milik masyarakat Bali adalah natah, teba dan telajakan. Natah
merupakan ruang terbuka di tengah-tengah kompleks bangunan tradisional Bali,
teba (adalah istilah orang Bali untuk menyebut lahan dibelakang rumah
tradisional). Sedangkan telajakan merupakan suatu pola ruang terbuka pada
perumahan tradisional yang terletak diantara pagar tradisional (penyengker) dan
saluran drainase (jelinjingan). Rancangan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Rancangan deskriptif kualitatif digunakan
untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi natah,
teba dan telajakan di Banjar Melinggih. Bagaimanakah cara mempertahankan
eksistensi natah, teba dan telajakan di Banjar Melinggih sebagai upaya menuju net
zero emission. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi natah, teba dan
telajakan di Banjar Melinggih adalah pertama pertambahan jumlah penduduk
akibat kurang diterapkannya program KB. Kedua Kebutuhan ekonomi masyarakat
yang mendesak sehingga banyak terjadi alih fungsi lahan teba dan natah. Ketiga
kurangnya edukasi dan sosialisasi lintas generasi terhadap konsep natah, teba dan
telajakan. Cara mempertahankan eksistensi natah, teba dan telajakan di Banjar
Melinggih sebagai upaya menuju net zero emission adalah dengan 1). Melakukan
edukasi dan sosialisasi melalui media sosial pada gen z, 2). Mendukung event-event
yang dapat meningkatkan kecintaan gen z terhadap lingkungan hidup dan kearifan
lokal. 3). Merevisi awig-awig agar natah, teba dan telajakan dapat terintegrasi
dalam pembangunan di Banjar Melinggih. 4). Menjadikan natah, teba dan
telajakan sebagai identitas dan ruang terbuka tradisional di Banjar Melinggih.
Pada fasilitas umum hendaknya memiliki RTH seperti natah, teba, dan telajakan.
Kata Kunci: Natah, Teba, Telajakan, Net Zero Emission.
